MELURUSKAN NIAT
Pertama-tama marilah kita melurukan
niat dalam mendengar kajian, karena niat merupakan perkara yang besar dan
penting dalam sebuah amalan, dan sungguh merugi orang yang niatnya tidak lurus.
Rasulullah ﷺ menjelaskan, orang pertama
yang dicampakkan ke dalam neraka bukanlah ahli maksiat tetapi orang yang
niatnya tidak benar dalam beramal.
إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ
الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ
فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى
اسْتُشْهِدْتُ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لأَنْ يُقَالَ جَرِىءٌ.
فَقَدْ قِيلَ.ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى
النَّارِ
وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ
وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا
قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ
وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ
لِيُقَالَ عَالِمٌ. وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ. فَقَدْ قِيلَ
ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ
وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ
وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ
فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ
أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ
فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ. فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى
وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِىَ فِى النَّارِ
"Sesungguhnya manusia yang
pertama kali dihisab (diadili) pada hari kiamat ialah seseorang yang mati
syahid, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya
dengan jelas, lantas Dia bertanya: 'Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai
hamba-Ku? Dia menjawab, 'Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah
sehingga saya mati syahid.' Allah berfirman: 'Dusta kamu, sebenarnya kamu
berperang bukan karena untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang
berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.' Kemudian diperintahkan
kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan didatangkan
pula seseorang yang belajar Ilmu dan Al-Qur'an serta mengajarkannya,
lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas,
Allah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat?' Dia menjawab, 'Saya telah
belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Al-Qur'an demi Engkau.'
Allah berfirman: 'Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya
serta membaca Al-Qur'an agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca, dan
kini kamu telah dikatakan seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya
dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang
diberi keluasan rezeki oleh Allah, kemudian dia menginfakkan hartanya
semua, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan
jelas.' Allah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat dengannya?' dia menjawab,
'Saya tidak meninggalkannya sedikit pun melainkan saya infakkan harta benda
tersebut di jalan yang Engkau ridhai." Allah berfirman: 'Dusta kamu, akan
tetapi kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan
kini kamu telah dikatakan seperti itu.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya
dia dicampakkan dan dia dicampakkan ke Neraka (HR. Muslim : 1905)
DASAR-DASAR UKHUWAH
Saat kita bicara Ukhuwah, hakikatnya akan mencakup di berbagai sisi
kehidupan, tidak hanya memberikan efek kepada pertemanan, keseharian semata,
namun juga pada pendidikan.
Rasulullah ﷺ
telah mengajarkan dasar-dasar ukhuwah sejak 15 Abad yang lalu dalam hadits
riwayat Bukhari.
Ibnu
Abbas menceritakan, ketika khutbah Idul Adha Rasulullah ﷺ bertanya kepada manusia
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَيُّ يَوْمٍ
هَذَا؟ قَالُوا: يَوْمٌ حَرَامٌ
“Wahai manusia, hari apakah ini? Mereka menjawab: “Hari ini
hari haram.
فَأَيُّ بَلَدٍ هَذَا؟ قَالُوا: بَلَدٌ
حَرَامٌ ،
Nabi bertanya lagi: “Lalu negeri apakah ini?”. Mereka
menjawab: “Ini tanah haram (suci)”
فَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا؟، قَالُوا:
شَهْرٌ حَرَامٌ ،
Bulan apakah ini?”. Mereka menjawab: “Ini bulan suci”.
Setelah melemparkan tiga pertanyaan
tersebut, Rasulullah masuk ke inti pesan yang ingin beliau sampaikan.
“Sesungguhnya darah kalian,
harta-harta kalian dan kehormatan kalian, adalah haram atas sesama kalian.”
Di sini Rasulullah mengajarkan ada
tiga faktor yang harus dijaga, ketika ingin menciptakan ukhuwah.
Allah menjelaskan di dalam Al-Qur’an
surat Al Hujarat ayat 10, bahwa orang beriman itu bersaudara.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (QS. Al
Hujarat : 10)
Bagaimana mungkin persaudaraan
tercipta apabila ada pertumpahan darah, uang dirampas, harga diri dijatuhkan
dan dilecehkan ? Mustahil akan tercipta persaudaraan.
Rasulullah mengajarkan ada tiga
faktor yang harus dijaga, ketika ingin menciptakan ukhuwah.
1. 1.Kita tidak
boleh melukai sesama kita, tidak boleh membunuh umat islam
Jangankan
orang islam, orang non muslim (kafir) yang telah dapat jaminan pemerintah atau
perjanjian damai tidak boleh dibunuh.
Rasulullah ﷺ
bersabda :
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ
رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا
“Siapa yang membunuh kafir mu’ahad ia tidak
akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari
perjalanan empat puluh tahun.”
(HR. Bukhari no. 3166)
Lalu bagaimana kalau yang meninggal seorang muslim ?
Allah berfirman :
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِناً مُتَعَمِّداً
فَجَزاؤُهُ جَهَنَّمُ خالِداً فِيها وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ
وَأَعَدَّ لَهُ عَذاباً عَظِيماً
Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,
maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya,
dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. An-Nisa’ : 93)
Teman-teman yang
dirahmati Allah perlu diketahui, Tidak ada ancaman di dalam Al-Qur’an yang
terbanyak, selain ayat ini.
a.
(Balasan Adalah Neraka
Jahannam) فَجَزاؤُهُ
جَهَنَّمُ
b.
(Kekal selama-lamanya
dineraka) خالِداً
فِيها
c.
(Allah murka kepada dia) وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ
d.
(Allah melaknatnya) وَلَعَنَهُ
e.
(Allah persiapkan adzab
yang besar) وَأَعَدَّ
لَهُ عَذاباً عَظِيماً
Allah
mengancam langsung dengan 5 ancaman, bagi yang membunuh seorang muslim. Maka
jangan sampai ada lagi pembulian yang menyebabkan kematian, mentang-mentang menjadi
seorang senior sehingga bisa seenak-enaknya memukul junior apalagi sampai
membawa kematian.
Karena
Satu tetes darah yang jatuh karena pukulan kita, maka urusannya panjang sampai
hari kiamat kelak
Coba
bayangkan, jika darah ini dijaga seorang pendidik atau anggota organisasi
sehingga tidak ada lagi permainan fisik. Maka akan sungguh tentram dan nyaman sebuah
sekolah dan organisasi.
2. 2.Menjaga Harta
Harta adalah hal sensitif yang menghancurkan.
Seorang ayah membunuh anaknya, anak membunuh ayahnya, dan pimpinan organisasi
rela melakukan apa-pun karena urusan
harta.
Padahal
Allah berfirman dalam surat An Nisa’ ayat 10
إِنَّ
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوالَ الْيَتامى ظُلْماً إِنَّما يَأْكُلُونَ فِي
بُطُونِهِمْ نَارًا وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيراً
“Sesungguhnya
orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim sebenarnya mereka itu menelan
api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala
(neraka).” (QS. An-Nisa’ : 10)
Sehingga jangan
sampai ada harta teman kita, bawahan kita masuk ke dalam mulut kita dengan cara yang
zalim, karena Nabi ﷺ mengatakan :
إِنَّهُ لَا يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ
إِلَّا كَانَتْ النَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Tidaklah
daging manusia tumbuh dari barang yang haram, kecuali Neraka lebih berhak
atasnya." (HR. At-Tirmidzi : 614)
3. 3.Kehormatan Saudara
Kita Harus Dijaga
Karena tidak boleh menjatuhkan kehormatan saudara kita,
bawahan kita, apalagi pimpinan kita di suatu organisasi walaupun mereka banyak
kesalahan.
Rasulullah ﷺ bersabda :
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ
“Mencela
seorang Muslim merupakan kefasikan,..(HR. Bukhari : 48 dan Muslim : 64)
Bahkan
Allah melarang kita untuk berburuk sangka kepada sesama kita.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا
كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka..”
(QS. Al
Hujarat : 12)
Karena prasangka itu sangat menghancurkan, dapat membuat
hilangnya sebuah keharmonisan bahkan kehancuran suatu perusahaan apabila di
dalam perusahaan tersebut sudah banyak yang saling berprasangka buruk,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
“Sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah
salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al Hujarat : 12)
Di dalam
tafsir Imam Ibnu Katsir disebutkan bahwa :
مَنْ أَكَلَ بِرَجُلٍ مُسْلِمٍ أُكْلَةً
فَإِنَّ اللَّهَ يُطْعِمُهُ مِثْلَهَا فِي جَهَنَّمَ
“Barang
siapa yang memakan (daging) seorang muslim (yakni menggunjingnya) sekali
makan (gunjing), maka sesungguhnya Allah akan memberinya makanan yang
semisal di dalam neraka Jahanam”
Itu untuk
sekali menggunjing, bagaimana jika dua? tiga?
-----
Itulah tiga
dasar-dasar Ukhuwah yang telah di ajarkan Rasulullah ﷺ
1. Menjaga Darah
2. Menjaga Harta
3. Menjaga
Kehormatan Sesama kita
Bayangkan betapa indahnya organisasi atau
lembaga pendidikan yang tidak ada kekerasan di dalamnya, tidak ada pungutan
liar, serta tidak ada cacian dan makian.
TIPS MENUMBUHKAN UKHUWAH YANG BAIK
1. 1.Menjaga
Komitemen .
Yakni Saling menjaga komitmen masing-masing, seorang guru
menjaga komitmennya menjadi guru sehingga mengajar dengan baik, seorang
mahasiswa menjaga komitmen sebagai mahasiswa sehingga hadir dan mengerjakan
tugas tepat waktu, bawahan menjaga komitmen sehingga tidak menunda-nunda
pekerjaan, atasan menjaga komitmen sehingga dapat mengayomi bawahannya dengan
baik
Contoh dari komitmen yang dijaga ialah keluarga Nabi Ibrahim.
Di saat Nabi Ibrahim meninggalkan
istrinya Hajar dan anaknya Ismail yang masih bayi di tengah padang pasir yang tidak ada
kehidupan. Nabi Ibrahim tetap tegar
bahkan istrinya tetap taat karena mereka berdua menjaga komitmen sebagai hamba
Allah.
Andaikan mereka tidak komitmen
sebagai hamba Allah, niscaya rusaknya rumah tangga tersebut yang akan terjadi,
istri melawan suaminya. Karena mustahil ada seorang istri yang baru melahirkan
mau ditinggal suaminya di tengah padang pasir yang tidak ada kehidupan, kecuali
istri yang komitmen dengan agamanya, saat mendapat perintah dari Allah dan
Rasul-Nya maka ia akan langsung taat.
Di
saat Nabi Ibrahim ingin menyembelih putranya yang baru bertemu kembali
setelah sekian tahun tidak pernah bertemu, Ismail hanya berucap
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ
الصَّابِرِينَ
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu. insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
(Ash-Shaffat: 102)
Andaikan
mereka tidak komitmen sebagai hamba Allah, niscaya perang antara ayah dan anaklah
yang akan terjadi.
Maka pantaslah
Allah berfirman terkait Keluarga Ibrahim.
قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik pada diri
Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya” (QS. Al-Mumtahanah : 4)
2. 2.Tidak adanya
rasisme/ mengutamakan daerah tertentu sehingga tidak berlaku adil kepada yang
lain.
Rasisme merupakan salah satu perkara yang sangat banyak
terjadi didalam suatu organisasi dan dunia pendidikan, padahal islam melarang
hal tersebut
Kisah Abu
Dzar
"Dahulu aku pernah adu mulut dengan saudaraku (seiman),
ibunya adalah orang 'Ajam (non Arab), lalu aku mengejek ibunya (anak budak
hitam) hingga ia pun mengadu kepada Nabi ﷺ. Ketika aku berjumpa dengan Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Wahai Abu Dzar, sungguh dalam dirimu
masih terdapat sifat jahiliah."
(HR. Muslim
: 1661)
يَا أَبَا ذَرٍّ أَعَيَّرْتَهُ
بِأُمِّهِ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ
“Wahai Abu Dzar, apakah kamu menghina ibunya? Sesungguhnya
dalam dirimu masih ada sifat jahiliyah.” (HR. Bukhari : 30)
3. 3.Memastikan Ulang
Suatu Informasi Negatif dan Jangan Langsung Menghakimi
Kisah Salman
dan Abu Darda’
Suatu hari Salman mengunjungi Abu Darda', lalu ia melihat
Ummu Darda' dengan baju yang kumuh, lalu ia berkata, kepadanya, "Ada apa
denganmu?" Dia menjawab, "Saudaramu Abu Darda', dia tidak
memperhatikan kebutuhan dunia." Kemudian Abu Darda' datang, lalu ia
membuat makanan untuk Salman. Salman berkata kepada Abu Darda':
"Makanlah!" Abu Darda' menjawab, "Aku sedang berpuasa."
Salman berkata, "Aku tidak akan makan hingga engkau makan." Dia berkata,
"Lalu Abu Darda' ikut makan." Pada malam hari Abu Darda' bangun, lalu
Salman berkata, "Teruskanlah tidur." Maka iapun tidur lalu bangun
lagi, lalu Salman berkata, "Teruskanlah tidur." Maka iapun tidur
lagi. Pada akhir malam Salman berkata, "Sekarang bangunlah." Kemudian
mereka berdua salat malam." Lalu Salman berkata kepada Abu Darda':
إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا
وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا فَأَعْطِ كُلَّ ذِي
حَقٍّ حَقَّهُ
"Sesungguhnya Rabb-mu mempunyai hak atasmu, dan jiwamu
mempunyai hak atasmu, dan istrimu mempunyai hak atasmu, maka berilah setiap hak
kepada orang yang berhak."
Kemudian Abu Darda' menemui Nabi ﷺ lalu ia menceritakan hal itu. Maka beliau bersabda,
"Salman benar".
(HR. Bukhari : 1968)
Wallahu A’lam
0 Komentar