GUC0BSM9TUAoTpYlGSW8TSW=

Kajian | Merajut Ukhuwah Demi Terwujudnya Tarbiyah Yang Bermarwah

Kajian | Merajut Ukhuwah Demi Terwujudnya Tarbiyah Yang Bermarwah

 

ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه
اَللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْـدِكَ، ابْنُ أَمَتِـكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَداً مِنْ خَلْقِـكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الغَيْبِ عِنْـدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ القُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وجَلَاءَ حُزْنِي وذَهَابَ هَمِّي

MELURUSKAN NIAT

Pertama-tama marilah kita melurukan niat dalam mendengar kajian, karena niat merupakan perkara yang besar dan penting dalam sebuah amalan, dan sungguh merugi orang yang niatnya tidak lurus.

Rasulullah menjelaskan, orang pertama yang dicampakkan ke dalam neraka bukanlah ahli maksiat tetapi orang yang niatnya tidak benar dalam beramal.

إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لأَنْ يُقَالَ جَرِىءٌ. فَقَدْ قِيلَ.ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ

وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ. وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ. فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ

وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ. فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِىَ فِى النَّارِ

"Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisab (diadili) pada hari kiamat ialah seseorang yang mati syahid, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, lantas Dia bertanya: 'Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku? Dia menjawab, 'Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah sehingga saya mati syahid.' Allah berfirman: 'Dusta kamu, sebenarnya kamu berperang bukan karena untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan didatangkan pula seseorang yang belajar Ilmu dan Al-Qur'an serta mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, Allah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat?' Dia menjawab, 'Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Al-Qur'an demi Engkau.' Allah berfirman: 'Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur'an agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang diberi keluasan rezeki oleh Allah, kemudian dia menginfakkan hartanya semua, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas.' Allah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat dengannya?' dia menjawab, 'Saya tidak meninggalkannya sedikit pun melainkan saya infakkan harta benda tersebut di jalan yang Engkau ridhai." Allah berfirman: 'Dusta kamu, akan tetapi kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dia dicampakkan ke Neraka (HR. Muslim : 1905)

 

DASAR-DASAR UKHUWAH

Saat kita bicara Ukhuwah, hakikatnya akan mencakup di berbagai sisi kehidupan, tidak hanya memberikan efek kepada pertemanan, keseharian semata, namun juga pada pendidikan.

Rasulullah telah mengajarkan dasar-dasar ukhuwah sejak 15 Abad yang lalu dalam hadits riwayat Bukhari.

Ibnu Abbas menceritakan, ketika khutbah Idul Adha Rasulullah bertanya kepada manusia

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا؟ قَالُوا: يَوْمٌ حَرَامٌ

“Wahai manusia, hari apakah ini? Mereka menjawab: “Hari ini hari haram.

فَأَيُّ بَلَدٍ هَذَا؟ قَالُوا: بَلَدٌ حَرَامٌ ،

Nabi bertanya lagi: “Lalu negeri apakah ini?”. Mereka menjawab: “Ini tanah haram (suci)”

فَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا؟، قَالُوا: شَهْرٌ حَرَامٌ ،

Bulan apakah ini?”. Mereka menjawab: “Ini bulan suci”.

Setelah melemparkan tiga pertanyaan tersebut, Rasulullah masuk ke inti pesan yang ingin beliau sampaikan.

“Sesungguhnya darah kalian, harta-harta kalian dan kehormatan kalian, adalah haram atas sesama kalian.”

Di sini Rasulullah mengajarkan ada tiga faktor yang harus dijaga, ketika ingin menciptakan ukhuwah.

Allah menjelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al Hujarat ayat 10, bahwa orang beriman itu bersaudara.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (QS. Al Hujarat : 10)

Bagaimana mungkin persaudaraan tercipta apabila ada pertumpahan darah, uang dirampas, harga diri dijatuhkan dan dilecehkan ? Mustahil akan tercipta persaudaraan.

Rasulullah mengajarkan ada tiga faktor yang harus dijaga, ketika ingin menciptakan ukhuwah.

1.      1.Kita tidak boleh melukai sesama kita, tidak boleh membunuh umat islam

Jangankan orang islam, orang non muslim (kafir) yang telah dapat jaminan pemerintah atau perjanjian damai tidak boleh dibunuh.


Rasulullah
bersabda :

مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا

“Siapa yang membunuh kafir mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun.” 

(HR. Bukhari no. 3166)

 

Lalu bagaimana kalau yang meninggal seorang muslim ?

Allah berfirman :

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِناً مُتَعَمِّداً فَجَزاؤُهُ جَهَنَّمُ خالِداً فِيها وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذاباً عَظِيماً

Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. An-Nisa’ : 93)


Teman-teman yang dirahmati Allah perlu diketahui, Tidak ada ancaman di dalam Al-Qur’an yang terbanyak, selain ayat ini.

a.                  (Balasan Adalah Neraka Jahannam) فَجَزاؤُهُ جَهَنَّمُ

b.                  (Kekal selama-lamanya dineraka) خالِداً فِيها

c.                   (Allah murka kepada dia) وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ

d.                  (Allah melaknatnya) وَلَعَنَهُ

e.                  (Allah persiapkan adzab yang besar) وَأَعَدَّ لَهُ عَذاباً عَظِيماً

Allah mengancam langsung dengan 5 ancaman, bagi yang membunuh seorang muslim. Maka jangan sampai ada lagi pembulian yang menyebabkan kematian, mentang-mentang menjadi seorang senior sehingga bisa seenak-enaknya memukul junior apalagi sampai membawa kematian.

Karena Satu tetes darah yang jatuh karena pukulan kita, maka urusannya panjang sampai hari kiamat kelak

 

Coba bayangkan, jika darah ini dijaga seorang pendidik atau anggota organisasi sehingga tidak ada lagi permainan fisik. Maka akan sungguh tentram dan nyaman sebuah sekolah dan organisasi.

 

2.      2.Menjaga Harta

Harta adalah hal sensitif yang menghancurkan.
Seorang ayah membunuh anaknya, anak membunuh ayahnya, dan pimpinan organisasi rela melakukan apa-pun  karena urusan harta.

 

Padahal Allah berfirman dalam surat An Nisa’ ayat 10

 

إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوالَ الْيَتامى ظُلْماً إِنَّما يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيراً

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (QS. An-Nisa’ : 10)

 

Sehingga jangan sampai ada harta teman kita, bawahan kita  masuk ke dalam mulut kita dengan cara yang zalim, karena Nabi mengatakan :

 

إِنَّهُ لَا يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلَّا كَانَتْ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

“Tidaklah daging manusia tumbuh dari barang yang haram, kecuali Neraka lebih berhak atasnya." (HR. At-Tirmidzi : 614)

 

3.      3.Kehormatan Saudara Kita Harus Dijaga

 

Karena tidak boleh menjatuhkan kehormatan saudara kita, bawahan kita, apalagi pimpinan kita di suatu organisasi walaupun mereka banyak kesalahan.

 

Rasulullah bersabda :

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ

“Mencela seorang Muslim merupakan kefasikan,..(HR. Bukhari : 48 dan Muslim : 64)

 

Bahkan Allah melarang kita untuk berburuk sangka kepada sesama kita.

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka..”

(QS. Al Hujarat : 12)

 

Karena prasangka itu sangat menghancurkan, dapat membuat hilangnya sebuah keharmonisan bahkan kehancuran suatu perusahaan apabila di dalam perusahaan tersebut sudah banyak yang saling berprasangka buruk,

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ

“Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al Hujarat : 12)

 

Di dalam tafsir Imam Ibnu Katsir disebutkan bahwa :

مَنْ أَكَلَ بِرَجُلٍ مُسْلِمٍ أُكْلَةً فَإِنَّ اللَّهَ يُطْعِمُهُ مِثْلَهَا فِي جَهَنَّمَ

“Barang siapa yang memakan (daging) seorang muslim (yakni menggunjingnya) sekali makan (gunjing), maka sesungguhnya Allah akan memberinya makanan yang semisal di dalam neraka Jahanam”

 

Itu untuk sekali menggunjing, bagaimana jika dua? tiga?

-----

Itulah tiga dasar-dasar Ukhuwah yang telah di ajarkan Rasulullah

1.      Menjaga Darah

2.      Menjaga Harta

3.      Menjaga Kehormatan Sesama kita

Bayangkan betapa indahnya organisasi atau lembaga pendidikan yang tidak ada kekerasan di dalamnya, tidak ada pungutan liar, serta tidak ada cacian dan makian.

 

TIPS MENUMBUHKAN UKHUWAH YANG BAIK

 

1.        1.Menjaga Komitemen .

Yakni Saling menjaga komitmen masing-masing, seorang guru menjaga komitmennya menjadi guru sehingga mengajar dengan baik, seorang mahasiswa menjaga komitmen sebagai mahasiswa sehingga hadir dan mengerjakan tugas tepat waktu, bawahan menjaga komitmen sehingga tidak menunda-nunda pekerjaan, atasan menjaga komitmen sehingga dapat mengayomi bawahannya dengan baik

Contoh dari komitmen yang dijaga ialah keluarga Nabi Ibrahim.

Di saat Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail yang masih bayi di tengah padang pasir yang tidak ada kehidupan.  Nabi Ibrahim tetap tegar bahkan istrinya tetap taat karena mereka berdua menjaga komitmen sebagai hamba Allah.

Andaikan mereka tidak komitmen sebagai hamba Allah, niscaya rusaknya rumah tangga tersebut yang akan terjadi, istri melawan suaminya. Karena mustahil ada seorang istri yang baru melahirkan mau ditinggal suaminya di tengah padang pasir yang tidak ada kehidupan, kecuali istri yang komitmen dengan agamanya, saat mendapat perintah dari Allah dan Rasul-Nya maka ia akan langsung taat.

     Di saat Nabi Ibrahim ingin menyembelih putranya yang baru bertemu kembali setelah sekian tahun tidak pernah bertemu, Ismail hanya berucap

يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintah­kan kepadamu. insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Ash-Shaffat: 102)

                        Andaikan mereka tidak komitmen sebagai hamba Allah, niscaya perang antara ayah dan anaklah yang akan terjadi.

Maka pantaslah Allah berfirman terkait Keluarga Ibrahim.

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya” (QS. Al-Mumtahanah : 4)

 

2.      2.Tidak adanya rasisme/ mengutamakan daerah tertentu sehingga tidak berlaku adil kepada yang lain.

Rasisme merupakan salah satu perkara yang sangat banyak terjadi didalam suatu organisasi dan dunia pendidikan, padahal islam melarang hal tersebut

 

Kisah Abu Dzar

 

"Dahulu aku pernah adu mulut dengan saudaraku (seiman), ibunya adalah orang 'Ajam (non Arab), lalu aku mengejek ibunya (anak budak hitam) hingga ia pun mengadu kepada Nabi . Ketika aku berjumpa dengan Nabi , beliau bersabda, "Wahai Abu Dzar, sungguh dalam dirimu masih terdapat sifat jahiliah."

(HR. Muslim : 1661)

يَا أَبَا ذَرٍّ أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ

“Wahai Abu Dzar, apakah kamu menghina ibunya? Sesungguhnya dalam dirimu masih ada sifat jahiliyah.” (HR. Bukhari : 30)

 

3.      3.Memastikan Ulang Suatu Informasi Negatif dan Jangan Langsung Menghakimi

 

Kisah Salman dan Abu Darda’

 

Suatu hari Salman mengunjungi Abu Darda', lalu ia melihat Ummu Darda' dengan baju yang kumuh, lalu ia berkata, kepadanya, "Ada apa denganmu?" Dia menjawab, "Saudaramu Abu Darda', dia tidak memperhatikan kebutuhan dunia." Kemudian Abu Darda' datang, lalu ia membuat makanan untuk Salman. Salman berkata kepada Abu Darda': "Makanlah!" Abu Darda' menjawab, "Aku sedang berpuasa." Salman berkata, "Aku tidak akan makan hingga engkau makan." Dia berkata, "Lalu Abu Darda' ikut makan." Pada malam hari Abu Darda' bangun, lalu Salman berkata, "Teruskanlah tidur." Maka iapun tidur lalu bangun lagi, lalu Salman berkata, "Teruskanlah tidur." Maka iapun tidur lagi. Pada akhir malam Salman berkata, "Sekarang bangunlah." Kemudian mereka berdua salat malam." Lalu Salman berkata kepada Abu Darda':

إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ

"Sesungguhnya Rabb-mu mempunyai hak atasmu, dan jiwamu mempunyai hak atasmu, dan istrimu mempunyai hak atasmu, maka berilah setiap hak kepada orang yang berhak."

Kemudian Abu Darda' menemui Nabi lalu ia menceritakan hal itu. Maka beliau bersabda, "Salman benar".

(HR. Bukhari : 1968)

 

Wallahu A’lam

 

Bukittinggi, 15 September 2022


0 Komentar